KENAPA MENULIS PUISI?

by - September 26, 2020


Jawabannya adalah karena suka. Sesederhana itu, tapi memiliki makna yang luar biasa. Ada puluhan puisi yang aku ciptakan dan ketika membaca ulang-ulang puisi-puisiku, aku jatuh cinta. Bagiku puisi bukan hanya karya fiksi saja, tapi lebih menakjubkan dari itu. 

Media berpetualangan
Aku yakin kalau setiap orang pasti punya cara untuk berpetualang dengan cara yang berbeda. Ada yang merasa berpetualang ketika naik gunung, ada juga yang berpetualang dengan cara memasak. Atau mungkin, ada yang berpetualang dari sekedar bermain game atau menonton film. Berbeda dengan orang lain, aku berpetualang dengan menulis puisi atau prosa. 

Terdengar sederhana, hanya membutuhkan pena dan buku. Walau aku lebih suka menulis puisi dengan aplikasi sediaan laptop, Microsoft Word. Mungkin bisa dikatakan puisi adalah solusi berpetualang untuk kondisi yang sekarang, dimana belum memungkinkan untuk berpetualang di dunia nyata. Aku memiliki mimpi ke suatu tempat lalu bereksplorasi informasi tentang tempat itu, kemudian aku tulis dalam puisi-puisiku. Rasanya ketika membaca puisi yang sudah kutulis, aku benar-benar berada di tempat itu. 

Kalau ilustrasi sebelumnya mengarah ke harapanku terhadap sesuatu, kadang-kadang aku juga menulis puisi berdasarkan kejadian yang sudah terjadi. Tujuannya untuk mendokumentasikan kenangan yang udah pernah tercipta, aku buat dengan bahasa sedemikian rupa agar nggak bosen ketika membacanya berulang-ulang. Lewat puisi, aku juga berpetualang di dalam kenangan-kenangan yang udah pernah terjadi. Atau sederhananya, aku bisa melampiaskan perasaan rinduku terhadap kenangan-kenangan yang aku tulis dalam puisiku. 

Teman saat jenuh
Definisi ketika lagi jenuh-jenuhnya dan ingin sendiri aja. Kalau lagi nggak mood buat menulis puisi, atau ingin lebih dari membaca puisi, aku iringi bacaan puisiku dengan melodi gitar. Nadanya mungkin nggak beraturan dan sesuka jari aja buat memetik senarnya, tapi bener-bener se-ajaib itu buat diri sendiri jadi tenang. Lebih tepatnya, puisi bisa menjadi media self healing-ku. 

Media berekspresi
Kalau dulu saat sekolah sering menulis segala keresahan hati: keluhan, kemarahan, kesedihan di buku diary, kali ini beralih ke puisi. Selain karena ketika di baca lagi bisa menghibur diri sendiri, kita juga bisa menghibur orang lain dengan ekspresi yang kita salurkan melalui puisi. Alasan lainnya, aku nggak bakat berekspresi dengan bikin quotes seperti orang-orang di twitter atau instagram sih hihihi. Yuk jadikan ekspresi yang kita ciptakan sebagai suatu karya!

Media berkarya
Berada di lingkungan perkuliahan yang sangat berbeda haluan dengan puisi membuatku kadang ragu. Bahkan mungkin di antara teman-temanku, hanya satu dua saja yang suka dengan karya ini. Kalau melihat orang-orang disekitarku berkarya sesuai bidang perkuliahanku seperti melalui karya tulis ilmiah, PKM penelitian, ikut proyek penelitian dosen, aku merasa puisi adalah karya yang nggak berarti apa-apa. Rasanya, karya yang harusnya ditekuni saat perkuliahanku adalah karya berdasarkan eksperimen, bukan karya fiksi seperti puisi. Tapi aku sadar kalau itu hanya pikiran negatifku aja. Nggak ada salahnya berkarya apapun itu selama baik dan memberi manfaat untuk diri sendiri. Bahkan akan lebih baik kalau bisa menjadi bermanfaat bagi orang lain. Aku jadi ingat kata temanku, kalau jangan beri batas dalam berkarya. Yup! aku sepakat dengan hal itu. Selama suka dan nyaman, kenapa nggak? 

Media berprestasi
Karya yang sempat buat aku ragu bahkan menjadi yang pertama membawaku menjadi juara dalam suatu kompetisi di perkuliahan ini. Lebih bahagianya lagi, beberapa karya puisi yang aku lombakan terpublikasikan pada website penyelenggara lomba dan masuk dalam buku antologi puisi bersama penulis-penulis lain. Nggak pernah terbayang sebelumnya, kalau puisiku adalah karya publikasi pertamaku. Aku semakin percaya, kalau nggak ada batasan buat berprestasi dari karya-karya yang diciptakan oleh masing-masing orang. 

Terima kasih buat temen-temen yang udah baca tulisan ini. Berkarya apapun itu nggak salah, yang salah adalah ketika kita memutuskan untuk berhenti berkarya. Aku harap, kita semua bisa terus semangat untuk mengembangkan minat kita masing-masing. Semoga bermanfaat^^

With Love, Tara. 

You May Also Like

0 komentar

Hello, with my pleasure if you leave comments :)