PUISI: APA KAU SADAR
Sepotong
roti tak lagi bersanding dengan embun pagi, ia tumbuh di antara tulip biru yang
gugur
Harumnya
tak lagi menyatu dengan kopi, ia bertabur di antara bulir salju musim dingin
Serupa,
Rasamu
tak lagi sama.
Apa
kau sadar,
Dalam
setiap dentum waktu, aku mengapung di antara gelombang air yang tenang
Kadang
tenggelam, kadang kau tenggelamkan
Tapi bolehkah aku senang?
Sebab bersama
ikan-ikan, aku menari dengan elok suaramu
Apa
kau sadar
Dalam
naungan elegi paceklik, aku melamun di atas daun-daun kelor yang tebal
Sempat
terjatuh, pun kau buat terpuruk
Tapi bolehkah aku senang?
Sebab bersama
akar-akar, aku berkilau dengan sorot mercusuar—yang kau bangun tinggi
menjulang
Apa
kau sadar?
Dalam
seratus kilometer diri melaju, aku melompat diantara gili-gili laut
Sesekali berlayar, bermetamorfosa menjadi nelayan Tanjung Perak
Tapi
bolehkah aku memanggilmu, ‘tuk duduk disampingku sembari menyantap roti maryam?
Atau
bila kau mau,
Aku
akan membawamu mengarungi bumi hingga hatimu berlabuh.
With love, Tara.
0 komentar
Hello, with my pleasure if you leave comments :)