TENTANG KESALAHAN, PENYESALAN DAN MEMAAFKAN

by - November 11, 2020


Aku yakin kalau setiap orang memiliki sesuatu yang pernah disesalkan, ntah karena kesalahan yang telah dilakukan dengan sengaja, atau.. karena kesalahan yang disebabkan ketidaksengajaan. Padahal, segala hal buruk yang pernah terjadi di masa lalu adalah bagian dari cara Allah untuk memberikan pesan-pesan kehidupan pada setiap manusia. 

Belajar dan berproses
Pernah berada dalam posisi terburuk dalam hidup karena telah melakukan kesalahan yang dirasa nggak normal jika dilakukan orang lain pada posisi yang sama. Bukan, bukan karena diri benar-benar jatuh. Tapi karena awalnya ngerasa semua adalah bagian dari kecerobohan, tapi semakin rumit dipikiran, semakin muncul hal-hal lain yang membuat otak melebih-lebihkan. And.. the only one it's about 'people minds'. Aku pernah mendengar kata-kata seorang teman kuliahku yang hingga sekarang masih ku ingat, 'Jangan mudah menghakimi orang lain, belum tentu jika kita berada di posisi-nya, kita bisa menghadapi kejadian itu lebih baik dari cara-nya'. I'm totally agree with that statement. Sekali lagi, belum tentu orang-orang yang pernah menghakimi kita bisa lebih survive dari kita ketika ia berada di posisi yang sama dan mengalami kejadian sama. Tapi, sejauh ini kalimat itu lebih cocok menjadi penenang diri ketika memikirkan hal yang nggak-nggak dari omongan dan pikiran orang lain. 

Well, ketika dulu saat belum paham, aku pernah menghakimi orang lain walau dengan cara yang tidak langsung. Aku merasa dia salah menurut pendapat pribadiku, dan itu yang membuatku menyalahkan dia. Dan, aku nggak kebayang kalau dia bakal se-kecewa itu. Mungkin itu salah satu penyebab pertemananku dan dia renggang hingga saat ini, walau saat itu sudah diselesaikan baik-baik.  Sebenarnya niatnya baik, tapi cara penyampain dariku yang salah. Aku menyesal atas kejadian itu, seharusnya aku bisa paham perihal ini lebih cepat. Tapi sejak saat itu juga, aku berusaha untuk belajar menyampaikan pesan dengan cara yang baik kepada orang-orang sekitar. Lagi-lagi, semuanya adalah soal belajar.

Sebenarnya, kejadian buruk hanya berkutat dengan kata 'proses' dan 'perbedaan'. Setiap orang memiliki jalan yang berbeda untuk berproses dalam hidupnya. Itulah kenapa kita nggak bisa menjustifikasi seseorang bahwa ia salah menurut versi kita. Kalau dia bukan orang dekat, kita nggak tau batas kemampuannya seperti apa, fokus kehidupannya adalah tentang apa dan kondisinya bagaimana ketika sedang melakukan suatu kesalahan. Setiap orang memang bebas berpendapat. Tapi, akan lebih baik kalau pendapat tentang apapun itu dilontarkan setelah ia paham betul tentang kondisi dan penyebab dari seseorang yang akan dihakimi. 

Tentang memaafkan
Suatu hal yang disesalkan di masa lalu bisa saja timbul karena kesalahan diri sendiri atau disebabkan karena orang lain. Satu hal yang masih menjadi keresahan hingga sekarang adalah mengapa begitu sulit memaafkan orang yang sudah membuat kenangan buruk dalam memori. Aku sendiri belum tau jawabannya. Bahkan, kadang sempat berpikir kalau manusia hanya butuh orang lain untuk dibenci karena kita butuh pembelaan kalau kita benar, menurut versi kita sendiri. Padahal itu salah, sebab otak tau tentang 'kebenaran' siapa yang salah dan siapa yang sedang disalahkanhanya karena diri sendiri butuh pembelaan. Dalam pengalamanku yang pernah melakukan kesalahan tapi malu karena sempat dihakimi orang lain dengan cara yang tidak sesuai dengan keinginanku, pada keberjalanannya dalam hati aku malah sempat menyalahkan orang lain itu. Mungkin dalam hal ini, seharusnya aku memaafkan seseorang karena kesalahan yang sebenarnya, yaitu menyampaikan kritik dengan cara yang salah. Bukan karena kesalahan seseorang karena pandangan yang dibuat-buat sendiri. 

Seharusnya, ada baiknya kalau kita menghadapi kesalahan di masa lalu hanya melihat sisa baiknya saja agar tidak belarut-larut terlalu lama. Setelah berhasil mengambil sisi baiknya, kita perlu 'beraksi' untuk memperbaiki kesalahan sebelumnya. Entah pada akhirnya akan berhasil diperbaiki atau tidak, yang penting sudah berusaha sepenuhnya. Mungkin Allah ngin melihat manusia berjuang dengan cara demikian. Semestinya, sesederhana itu yang muncul dipikiran manusia. Sehingga, nggak ada orang lain yang disalahkan dan dibenci, nggak ada pikiran yang dilebih-lebihkan dan menjadi toxic di pikiran sendiri. 

Kalau sudah berhasil memaafkan orang lain yang telah menjadi bagian dari memori buruk kita, selanjutnya adalah berdamai dengan memaafkan diri sendiri. Memang, butuh usaha dan waktu yang lama. Tapi harus terus diusahakan, harus terus dicoba perlahan. Kalau belum bisa berdamai dengan diri sendiri, bagaimana cara kita melihat sisi positif yang lain dari diri kita? Setiap orang bisa saja membuat kesalahan, setiap orang bisa saja gagal, tapi setiap orang juga pasti punya hal positif lain yang perlu disyukuri kan? Dan.. orang terdekat yang bisa menghargai dan mengapresiasi hal positif pada diri kita adalah diri kita sendiri. Kalau orang lain melihat diri kita lebih unggul atas kesalahan dan kelemahan, maka kita nggak boleh melihat hal yang sama seperti padangan orang lain. That's the importans of make peace with our self

Masa lalu adalah milik kita, baik atau buruk sudah semestinya disyukuri. Masa depan adalah milik kita, akan menjadi baik atau buruk sudah seharusnya diperjuangkan. Nggak ada yang perlu disesalkan dari masa lalu dan nggak ada yang perlu dikhawatirkan tentang masa depan kalau kita janji akan selalu berusaha menjadi lebih baik. Keep spread love to our self and others!

With Love, Tara.

You May Also Like

0 komentar

Hello, with my pleasure if you leave comments :)