TENTANG AMBISI DAN MIMPI

by - Oktober 16, 2020


Pernah nggak sih berpikir untuk berhenti usaha mencapai mimpi yang sudah disusun dengan matang? Mungkin karena lelah berusaha, atau.. lelah untuk survive di lingkungan yang nggak support dengan mimpi-mimpi yang dimiliki. Sebagai mahasiswa, sering dan bahkan dalam setiap harinya berhubungan dengan kedua hal itu. Bisa jadi soal ambisi dan mimpi pribadi, bisa jadi soal ambisi dan mimpi dari orang-orang sekitar yang terlihat di depan mata. 

Bolehkah memiliki ambisi?
Tanpa dijawab pun, semua orang pasti punya dan pernah berambisi. Nyatanya, ambisi adalah faktor terkuat yang membuat manusia bisa tekun berjuang untuk mencapai mimpi-mimpinya. Aku yakin orang-orang yang terlihat nggak punya jiwa-jiwa ambis atau hidupnya tampak mengalir aja pasti tetap punya ambisi yang mungkin disembunyikan. Entah sengaja, atau memang ingin terlihat hidup apa adanya. 

Takut berambisi
Menghadapi suatu kegagalan adalah hal yang memang berat. Kadang merasa sudah berusaha dengan maskimal, tapi hasil nggak sesuai yang diharapkan. Kemudian.. memustukan untuk berhenti berambisi. Memutuskan untuk mengalir aja tanpa ada tujuan dan keinginan yang kuat akan sesuatu. Setiap orang berbeda, ada yang benar-benar menata rencana hidupnya dengan tujuan-tujuan yang dimiliki. Ada juga yang terlalu pasrah sama hidup sampai-sampai nggak tau mau ngapain kedepannya. Bisa jadi karena trauma menghadapi kegagalan, atau lelah berusaha dan memikirkan semuanya. Padahal, ada baiknya kalau setiap orang semestinya punya pandangan tentang masa yang akan datang. Kalau bicara soal usaha dan hasil, setiap orang seharusnya berusaha dengan giat mencapai mimpi-mimpinya kemudian bersiap untuk tabah dengan hasilnya. Diibaratkan permukaan koin, hasil juga cuma punya 2 kemungkinan. Gagal atau berhasil. Manusia hanya perlu 'berusaha' dan 'bersiap' menerima hasilnya, apapun itu. 

Kalau sebelumnya adalah tentang takut berambisi karena takut gagal yang berasal dari diri sendiri, kali ini adalah soal takut berambisi karena orang lain. Nggak jarang bertemu dengan kondisi dimana ada orang yang terlalu sibuk mengurusi mimpi dan ambisi orang lain, sampai-sampai jadinya menjatuhkan. Se-simple celetukan 'apaan sih ambis banget' hingga 'udah deh nggak usah bermimpi terlalu tinggi'. Mungkin ada perasaan nggak suka lihat orang sekitarnya berhasil, atau memang memiliki penilaian yang buruk terhadap mimpi dan ambisi dari orang sekitarnya tersebut. Lagi-lagi, orang takut berambisi karena nggak mau dipandang 'gimana-gimana' sama orang lain. Sampai akhirnya berhenti dan nggak jadi semangat lagi. Aku sangat percaya kalau semangat untuk mencapai mimpi-mimpi salah satunya tumbuh dari dukungan lingkungan sekitar. 

Lebih baik berambisi dalam diam atau tidak?
Mau diam atau menampakkan, semua adalah pilihan masing-masing. Tapi baiknya, berambisi dalam diam dapat membuat lebih fokus dengan tujuan diri sendiri tanpa memikirkan penilaian dan pengawasan orang lain. Pun kalau memilih untuk menampakkan juga nggak ada salahnya. Bisa jadi dengan orang lain yang mengerti dengan ambisi dan mimpi kita, kita jadi merasa terawasi dan terpacu untuk lebih semangat mencapai keberhasilan. Lebih sederhananya, jadi ada tekanan yang timbul karena hal itu. Selain itu, kita juga bisa dapat banyak dukungan atau terburuknya bakal dapat cemoohan. Hal yang terpenting dari menampakkan ambisi dan mimpi adalah pikiran-pikiran orang lain jangan sampai membuat diri goyah. Apapun pandangan dan penilaian yang didapat, harus tetap tekun berjuang mencapai tujuan. 

Tapi sebenarnya, cemoohan yang timbul dari orang lain nggak cuma bisa mempengaruhi seseorang jadi down. Sebab, di lain sisi, hal itu juga bisa membuat seseorang jadi lebih semangat mencapai keberhasilan untuk membuktikan bahwa ia mampu dan nggak seburuk yang dipandang. Dalam kondisi tekanan, poin yang terbaik adalah bagaimana seseorang dapat memanfaatkan tekanan itu sebaik-baiknya, bukan malah terpuruk. 

Mereka yang punya ambisi mengagumkan
Kalau yang aku amati dari orang-orang sekitar di perkuliahanku, orang-orang yang memiliki ambisi terlihat mengangumkan. Bukan dari ambisi yang dimiliki, tapi dari cara mereka berusaha mencapai ambisi-ambisi itu. Mungkin yang paling sering aku lihat adalah ambisi akademik, organisasi dan lomba sih. Banyak dari mereka yang sering di kampus dan jarang tidur. Mereka yang ambisi organisasi bisa nikmatin banget ketika kumpul-kumpul bersama rekan kerjanya hingga berjam-jam sampai larut malam. Mereka yang ambisi akademik, terlihat lesu saat pagi karena lelah belajar semalaman. Mereka yang ambisi lomba terlihat fokus dengan layar laptop dan enjoy saat berdiskusi dengan tim. Melihat mereka, aku bersyukur bisa berada di lingkungan yang cenderung memanfaatkan waktu masing-masing dengan hal positif. 

Tetap berambisi dan fokus
Sudah seharusnya menjadi seperti itu. Mimpi kita adalah milik kita. Ambisi diri sendiri adalah milik diri sendiri. Bukan saatnya lagi terpengaruh dengan orang lain ketika berjuang demi mimpi. Sebagai milenial, sudah saatnya punya pendirian dan bisa menata rencana kedepannya. Aku berhadap kita semua nggak bakal menyerah buat menggapai pencapaian-pencapaian yang bisa membanggakan diri kita sendiri. Keep fighting and support each other

With Love, Tara.

You May Also Like

0 komentar

Hello, with my pleasure if you leave comments :)